Ada yang ingin mengganti Covid-19 menjadi Qif-19, (hehe boleh aja), Toh, sebelum Covid-19 sudah ada nama lain: virus wuhan, flu china, dst. Mungkin, Qif ini singkatan dari Covid. sedangkan qif artinya berhentilah! Stop!.

Dalam tradisi Islam memberi nama dikaitkan dengan harapan baik. Namanya tafa’ul. Berharap hal-hal baik dan menanam optimisme. Jadi, kalau memaeri nama anak beri nama yang baik-baik. Nabi SAW menunjukkan, “Kasih nama Abdurrahman, atau Abdullaaah.” Agar si anak kelak menjadi sosok yg rajin menyembah Ilahi. Beri nama seperti nama Nabi SAW: Muhammad, Ahmad, Mahmud, Mustafa, Mukhtar, Murtadha, Mujtaba, Yasin, dan seterusnya. Agar kelak ia tumbuh meneladani sifat-sifat Sang Nabi. SAW

kalau ternyata anak tersebut benar-benar menjadi sosok yang sejalan dengan nama yang diberikan, maka orang Arab memberi komen”Ismun ‘alaa musamma“(Oh ya, sifatnya sama dengan nama yang disandangnya!”) Kita berharap bila nama yang kita sematkan ke anak, ponakan, saudara, tetangga, dan siapa pun menjadi ismun ‘ala musamma. nama adalah bagian dari doa, Apalagi jika ibunya si anak terus mengenang harapan baik itu di setiap kali memanggilnya. Atau, setiap kali terkenang anaknya bila sedang jauh. Nah, bila Covid diganti Qif, maka teriring doa semoga segeralah wabah itu berhenti.

Di sisi lain, orang boleh berkata: itu sekadar mencocok-cocokkan (Cocokologi). kalau sebuah nama tidak sejalan dengan perangai si empunya nama, maka kata orang Arab: “Ismun ‘alaa ghayri musammaa.”(Lha, kasihan ya… Kok perangainya tidak mencerminkan namanya.) Nah, kira-kira mengapa ada banyak orang yang bilang sekadar mencocok-cocokkan ke Qif atau Qorona di dalam Qur’an?

Pertama, karena berbeda bahasa. Yang Satu memakai bahasa apa dan yang lain juga beda, Satunya memakai c dan v, satunya pakai q dan f. Sama dengan corona yg katanya ada di buku belajar membaca arab. qa – ra – na dibaca oleh saudara kita di Jawa dengan qo ro na. Jadi, bahasa asing – bahasa Arab – pembacaan dengan lidah bahasa Jawa. Jadi, setiap bahasa ada sistemnya sendiri. Sistem tulisan, kosakata, sistem gramatika, sistem semantik. Maka, begitu sebuah kosakata keluar dari khazanahnya dan masuk ke khazanah bahasa lain, maka mestinya mengikuti sistem bahasa di tempatnya yang baru. Di situ salah satu problematik dalam seni terjemah. Maka, orang bilang mustahil sebuah puisi diterjemahkan ke bahasa lain karena ruhnya akan hilang. Umberto Eco mengatakan, bahwa menerjemah adalah mengemukakan suatu teks mirip-mirip dengan aslinya.

Kedua,  memang sebagian orang berniatnya sekadar bercanda. kosa kata Corona itu katanya ada di dalam kitab suci. Di kitab terbacanya Quruunan. Nah, soal membaca sebuah kata dengan lebih dari satu varian bacaan sebenarnya memang termasuk seni bacaan al Quran. Ingat ilmu Qiraat, kan? maliki atau maaliki di suratul Fatihah, Wadduhaa dibaca wadduhee Dan seterusnya. Namun, kalau yang ingin menyingkat Covid menjadi Qif ini ada unsur serius yaitu  unsur optimisme dan doa.

Ketiga,  masih dalam khazanah Islam-arab juga. Namanya akrostik. Jadi, sebuah teks yang memiliki pembacaan ganda, dua atau lebih. Jadi, pertama dibaca secara lazim yang dari kanan ke kiri. Kedua, membaca kata pertama dari setiap barisnya dari atas ke bawah.ketiga, membaca kata akhir barisnya dari atas ke bawah. Kadang, ditambah dengan kata di tengah baris. Prinsipnya, mirip-mirip dengan kolom-kolom di teka teki silang. Nah, kitab akrostik ini pernah sangat maju di dunia Islam. Di Yaman, di Mesir, dan di Turki. Tetapi, kalau kitab macam seperti itu memang diniatkan dan dirancang dari awal oleh penulisnya , semisal kitab Syeikh Syarafuddin itu dibaca lazim berisi fikih, Dibaca kolom tengahnya sejarah, dan seterusnya. Bahasa arab berpotensi besar untuk diakroatikkan karena kaya dengan kata musytarak. Satu kata dengan sekian makna.

Keempat, selain qif, qarna juga berarti berhentilah. Qarna artinya menetaplah. Jangan pergi-pergi. Wa qarna fii buyuutikunna (tetaplah kalian di rumah, wahai para perempuan), Sekali lagi, bukan hanya qif yang berarti stop. Qarna juga memiliki komponen makna stop.

Peratanyaan selanjutnya adalah jika berharap virus itu berhenti, lalu angka 19 maknanya apa? Itu juga satu pertanyaan lanjutan. Ya, semoga saja segera berhenti. Gak usah menunggu datangnya angka 19 dari bulan akan datang. Aaaamiiiiin.
(Zainal, pesantren al nahdlah pondok petir)

(Zainal, pesantren al nahdlah pondok petir)

Mayasya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *